KOMPAS.COM - Benarkah hanya orang pintar yang mudah
mempelajari suatu bahasa? Jangan percaya. Apalagi saat ini, dunia
akademis menawarkan segudang strategi pembelajaran.
Kemampuan
belajar bahasa yang paling dasar adalah soal kebiasaan yang dibentuk
oleh sedikit disiplin dan kesadaran diri. Namun sayangnya, menurut Anne
Merritt, pengajar EFL di Korea Selatan seperti dilansir Telegraph, banyak orang mengulang lima kebiasaan yang justru membuat belajar bahasa asing makin sulit. Apa saja?
1. Tidak banyak mendengar
Banyak
ahli yang belajar tata bahasa percaya bahwa belajar bahasa justru
dimulai dengan "silent period" atau dia. Sama seperti bayi yang belajar
mengucapkan sesuatu dengan mendengar dan menirukan bunyi, orang-orang
yang belajar bahasa juga perlu mendengar untuk belajar. Ini dapat
membuat belajar perbendaharaan kata dan struktur berjalan lancar serta
membantu untuk memperhatikan pola pembentukan bahasa.
Mendengar
adalah kemampuan berkomunikasi yang kita gunakan hampir di seluruh
kehidupan kita. Namun, ini sulit dilakukan kecuali Anda tinggal di
negara lain atau berada di kelas intensif bahasa asing selain bahasa ibu
Anda. Solusinya, pakailah musik, non-streaming webcast, acara televisi dan film. Dengar, dengar dan dengarkanlah sesering mungkin.
2. Kurang rasa ingin tahu
Dalam
belajar bahasa, sikap bisa menjadi faktor penentu kemajuan kemampuan
seseorang. Para ahli bahasa mempelajari sikap dalam pembelajaran bahasa
pada tahun 1970-an di Quebec, Kanada, ketika tensi tinggi terjadi antara
kaum Anglophones dan Francophones. Riset menunjukkan bahwa kaum
Anglophones memiliki stereotip bahwa kaum Perancis di Kanada tidak juga
menguasai bahasa Perancis dengan baik meski sudah bertahun-tahun belajar
di sekolah yang mewajibkan mata pelajaran Bahasa Perancis.
Di
sisi lain, seseorang yang sedang belajar bahasa akan lebih berhasil
ketika juga tertarik dengan budaya negara asal bahasa tersebut.
Ketertarikan mereka yang belajar bahasa terhadap budaya membuat mereka
lebih mudah memahami bahasa yang dipelajari dan lebih terbuka dalam
membangun relasi dengan native speakers.
3. Berpikir terlalu kaku
Para
ahli bahasa menemukan bahwa mereka yang belajar dengan toleransi yang
rendah terhadap ambiguitas atau kerancuan akan lebih merasa sulit dalam
belajar bahasa. Belajar bahasa mencakup banyak ketidakpastian. Mereka
yang belajar akan menghadapi kosakata baru setiap hari dan untuk setiap
aturan tata bahasa ada pengecualian dialek atau kata kerja tidak
beraturan. Sampai kefasihan ercapai, akan selalu ada sejumlah kerancuan.
Para
pembelajar yang langsung melihat kamus begitu menemukan kata baru akan
merasa lebih stres dan bingung daripada mereka yang justru berpijir
keras untuk menebak makna suatu kata baru yang ditemuinya. Oleh karena
itu, tipe pembelajar "buru-buru lihat kamus" mudah merasa frustasi dan
berhenti belajar.
Cara belajar seperti ini sangat sulit untuk
diubah, namun latihan kecil bisa membantu. Temuan lirik lagu atau teks
dan berlatihlah untuk menemukan makna inti darinya meski ada beberapa
kata yang Anda tidak ketahui.
4. Cuma pakai satu metode
Beberapa
orang yang belajar bahasa merasa nyaman dengan peralatan untuk
mengulang-ulang mendengarkan kaset pembelajaran di laboratorium bahasa.
Beberapa membutuhkan buku teks tata bahasa untuk memahami pelafalannya.
Masing-masing pendekatan ini baik, namun salah jika hanya bersandar
pada satu metode saja.
Orang-orang yang belajar bahasa
menggunakan banyak cara untuk mempraktekkan keahlian bahasa dan mencoba
menjelaskan konsep. Menemukan lebih banyak cara juga menolong mereka
saat menemukan kebosanan dalam satu metode.
Ketika memilih kelas
belajar bahasa, Anda harus mencari kursus yang mempraktekkan empat
kemampuan bahasa, yaitu membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Jika
belajar secara otodidak, cobalah belajar dengan mengombinasikan buku
teks, audio dan aplikasi pembelajaran bahasa.
5. Takut
Tak
peduli sebaik apa seseorang itu dapat menulis tulisan dalam bahasa
asing, menggabungkan kata kerja atau menyelesaikan ujian kosakata, untuk
belajar, berimprovisasi dan mengetes kemampuan, Anda perlu berbicara.
Ini
adalah tahap dimana bungkam, rasa malu dan rasa tidak nyaman akan
menghancurkan kerja keras mereka dalam belajar bahasa. Dalam budaya
timur dimana harga diri adalah nilai sosial yang tinggi, mudah untuk
tidak mau mencoba bicara dalam bahasa asing yang sedang dipelajari.
Mereka terlalu takut untuk salah dalam tata bahasa atau salah
mengucapkan kata-kata karena merasa itu akan membuat sangat malu.
Jadi,
kuncinya adalah bahwa berbuat kesalahan justru membantu orang yang
sedang belajar bahasa untuk menunjukkan keterbatasan kemampuan mereka
dan belajar untuk dikoreksi sehingga akan lebih paham setelahnya.
Semakin sering belajar melalui bicara, semakin cepat mereka bisa
meningkatkan kemampuan bahasa asing mereka.
http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/15/15074334/Sulit.Belajar.Bahasa.Asing.Perbaiki.5.Kesalahan.Ini
Kamis, 21 Februari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
eh... bener banget tuh artikelnya :) sebagian udah pernah gua praktekin sbelum baca ini, n bener-bener manjuuur...
BalasHapus